Senin, 24 Oktober 2011

Aneka Ragam Jawa Barat


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini.[6][7]

Sejarah
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.[rujukan?]Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.[rujukan?] Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.[rujukan?]
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda[rujukan?]. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).[rujukan?]

Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.

Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa, kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrĂ£o di tepi Ci Liwung.

Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.

Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.

Perekonomian
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat.PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan. (US$1 = Rp. 8.500,-).

Geografi
Kawah gunung Tangkuban Parahu di Bandung
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Penduduk

Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Bekasi, sebagian Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Indonesia dialek Betawi.Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun. Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda.

Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.

Topografi
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.

Manufaktur
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.

Pertanian: Lahan dan Perairan
Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.

Kelautan dan Perikanan
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
Sumber Daya Manusia: Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja

Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABOTABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).

Minyak-Mineral dan Geothermal
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT. Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.

Jumat, 07 Oktober 2011

Dampak Negatif dan Positif Pasca Tragedi WTC 9/11


September 7, 2011 

Pasca tragedi 11 September 2001 bukanlah wajah yang ramah, terutama bagi kaum Muslim. Bukan hanya bagi warga dari negara-negara Islam, bahkan terhadap warga negaranya yang Muslim pun, AS memasang wajah ‘garang”. Data menunjukkan ada peningkatan luar biasa dalam kasus diskriminasi yang dialami umat Islam di AS pasca tragedi 9 September lalu. Tercatat 14 ribu sampai 15 ribu kasus yang ditangani CAIR (Council on American-Islamic Relations). Padahal sebelumnya hanya 300-400 kasus saja yang ditangani CAIR. Apakah yang sebenarnya terjadi?
Seorang mahasiswi berwajah Timur Tengah tampak asyik bercakap-cakap dengan rekan-rekannya di sebuah lorong Georgetown University, Washington DC, Amerika Serikat (AS). Sang mahasiswi jelas ia seorang muslimah karena tampil dengan kerudung terlihat serius seperti rekannya. Jika di Indonesia, pemandangan serupa bukan hal yang aneh. Namun sang muslimah berjilbab ini terlihat di sebuah universitas swasta salah satu yang terbaik dan termahal di AS dan terjadi sekitar empat bulan setelah serangan 11 September 2001 di Pentagon dan menara kembar World Trade Center (WTC).
Gambaran tersebut memang tidak mewakili seluruh umat Islam di AS. Namun kini, menguak kehidupan umat Islam di Amerika Serikat tak bisa lepas dari tragedi 11 September 2001. Potret Islam Di Amerika Serikat ini seolah ternoda oleh aksi tersebut. Tak pelak, umat Islam meski mereka tak terlibat, tidak setuju, atau malah mengutuk aksi tersebut ikut terimbas.
Sejumlah media massa melaporkan, umat Islam Di Amerika Serikat terkena “getah” serangan tersebut. Laporan diskriminasi terhadap mereka meningkat tajam dan sejumlah aksi kekerasan terhadap warga Muslim atau yang disangka Muslim terjadi beberapa di antaranya bahkan mengakibatkan kematian. Bagaimanakah yang sebenarnya terjadi?
Islam adalah satu agama yang mengalami perkembangan paling pesat di AS. Bahkan pada 2010, umat Islam diperkirakan akan melampaui jumlah kaum Yahudi sebuah kalkulasi yang menurut Washington Times terkadang ditanggapi dengan cemas oleh para pemuka agama lain. Sesaat setelah tragedi 11 September 2001, luapan amarah dan kebencian sempat ditumpahkan kepada orang Islam yang dianggap sebagai pelaku tragedi tersebut. Pada beberapa kasus, umat Islam atau yang dikira Muslim bahkan mendapat gangguan tenor, baik secara fisik mau pun mental.
Tak urung, organisasi-organisasi Islam Di Amerika Serikat pun kebanjiran tugas. Selain menampung keluhan atau pengaduan jamaahnya, mereka juga harus menjadi “jembatan” yang menghubungkan antara umat Islam dan masyarakat AS lainnya. Tugas tersebut tentunya tidaklah mudah. Mereka dihadapkan pada pergulatan identitas: sebagai Muslim sekaligus sebagai warganegara AS.
• • •
Salah satu organisasi yang giat menjembatani warga Amerika dan umat Islam di AS adalah Council on American-Islamic Relations (CAIR). CAIR termasuk salah satu organisasi Islam di Amerika Serikat yang tumbuh pesat. Menurut Direktur Eksekutif CAIR Dr Nihad Awad, lembaga yang dipimpinnya kini memiliki sekitar 250 ribu anggota. Bahkan beberapa di antaranya adalah non-muslim.
“Kendala? Wah banyak sekali,” kata Awad sambil tersenyum ketika ditanya kendala yang dihadapinya setelah serangan 11 September 2001. Menurutnya, Islam adalah agama minoritas di AS sehingga tak jarang mengundang salah pengertian di kalangan masyarakat Amerika umumnya, terlebih setelah terjadi serangan 11 September. “Serangan tersebut memberi dampak pada seluruh masyarakat Amerika, tidak hanya kami. Aksi tersebut telah mengubah hidup kami, bahkan ada beberapa yang mengalami kondisi yang disebut zero tolerance. Namun, kita harus yakin bahwa Islam bukanlah sebuah ancaman keamanan,” tegasnya.
Sebelum serangan, CAIR menerima sekitar 300 hingga 400 kasus diskriminasi umat Islam di Amerika Serikat  setiap tahunnya. Namun, sejak tragedi tersebut, kata Awad, “Kami menerima 14 hingga 15 ribu kasus dalam empat bulan terakhir! CAIR masih menjadi jembatan bagi umat Islam Amerika untuk memperjuangkan hak-hak sipilnya. Karena kami tidak seharusnya dihukum semata karena kami Muslim.”
Masalah diskriminasi setelah 11 September juga diakui oleh Imam Yahya Hendi, seorang cendikiawan Muslim yang mengajar di Georgetown University. Namun menurut mas- ter lulusan Yordania ini, reaksi tersebut terhitung “normal” mengingat ketidaktahuan masyarakat AS akan Islam. “Umat Islam memang sempat ketakutan. Begitu banyak rasa amarah. Begitu besarnya sikap tidak peduli pada Islam. Maka (reaksi tersebut) bisa dimengerti. Itu hal yang ‘normal’. Maka bagaimana pun, kita perlu mendidik mereka,” tutur pria kelahiran Yerusalem, Palestina, ini.
Hari-hari penuh ketakutan memang sempat mewarnai kehidupan sehari-hari umat Islam AS, termasuk di Dearborn, Michigan. Dearborn adalah sebuah daerah dengan komunitas warga Arab yang terbesar — sekitar 250 ribu orang — di AS. “Kami amat takut. Bahkan tidak pernah menyebutkan nama Usamah bin Laden di muka umum atau pun di telepon. Kami takut jika dikira sebagai pendukungnya,” tutur Intisar Alawie (16 tahun). “Ada beberapa teman saya yang karena ketakutan maka ia melepaskan jilbabnya, lantas mereka keluar dengan menggunakan baju pendek. Tapi menurut saya itu masalah pribadi,” tutur wanita belia ini sambil membetulkan letak jilbabnya. Wanita keturunan Yaman yang baru menikah ini mengakui bahwa berita mengerikan di media massa semakin menambah kekhawatiran dirinya. Namun, ketakutan tersebut ternyata makin berkurang seiring berjalannya waktu.
Seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tinggal di Detroit mengakui bahwa umat Islam kini takut memberikan dana apa pun pada kegiatan Islam, termasuk zakat sekali pun. Menurutnya, ruang gerak Muslim lebih terbatas dibandingkan sebelum 11 September. “Mereka harus berhati-hati. Kalau pun memberikan zakat, mereka tidak mau menuliskan nama mereka,” kata pria keturunan Irak yang menolak disebutkan jati dirinya ini. Akibat ketakutan ini, jumlah zakat dan infak yang digalang umat Islam pun berkurang. Sebelum tragedi 11 September, jumlah dana yang terkumpul di seluruh AS mencapai 4 juta dolar AS setiap tahunnya. Namun ia mengakui bahwa dalam kehidupan sehari-hari, warga AS bersikap ramah.
“Umumnya warga AS cukup ramah. Sehari-hari, semuanya berlangsung mulus-mulus saja,” jelasnya. Jilbab memang menjadi salah satu identitas keislaman yang menyolok di kalangan wanita Muslim. Tak jarang, jilbab menjadi masalah saat umat Islam tengah menjadi sorotan. Hal ini diakui oleh pasangan muda asal Indonesia, Fauzul (30 tahun) dan Noor Fitrie (29 tahun) yang ditemui di Masjid Al Hikmah di Queens, New York.
Sang istri, Fitrie, sempat diminta untuk membuka jilbabnya saat mereka berada disebuah bandara AS. Namun Fitrie menyatakan akan membuka jilbabnya jika di sebuah ruang tertutup. “Akhirnya petugas membatalkan permintaannya dan kami boleh lewat,” tutur Fauzul. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari jilbab tidak menjadi kendala bagi Fitrie. Ibu satu anak yang tengah mengambil program master bidang hukum di sebuah universitas di negara bagian Chicago menuturkan, “Enggak ada masalah, kok. Kita di di sini aman-aman aja.” Secara keseluruhan, tragedi 11 September memang membuat warga AS semakin ‘memperhatikan’ Islam dan umatnya.
Dampak Positif pasca tragedi 9 September 2011
Di balik sejumlah kepedihan dan kepahitan mengecap hidup sebagai Muslim di AS, serangan 11 September ternyata membuahkan hikmah. Hal ini diakui oleh para tokoh Muslim di AS. Nama Islam mungkin masih terasa asing bagi sebagian besar warga AS. Hal ini terungkap saat American Muslim Council (AMC) melakukan wawancara yang direkam melalui video. “Islam? Saya… tidak tahu,” kata seorang pria sambil tersenyum. Sedangkan seorang pria menjawab, “Setahu saya, Islam adalah agamanya orang Israel.”
Direktur AMC Aly R Abuzaakouk mengakui bahwa Islam masih asing di mata masyarakat AS. Sejak tragedi 11 September 2001, mereka seolah baru menyadari keberadaan agama ini di lingkungan mereka. “Buku-buku tentang Islam banyak terjual di mana-mana. Orang memburunya. Tapi tentu saja ada sisi positif dan sisi negatif dari semua perkembangan ini. Semakin tahu tentang Islam maka ‘musuh’ kami pun semakin mengenali kami. Jujur saja, sebab ada kelompok tertentu yang tidak menyukai kami,” tutur Abuzaakouk.
Namun bagi Abuzaakouk, sisi positifnya tentu lebih banyak. Pasalnya, orang menjadi lebih mengetahui esensi ajaran Islam. Tingginya minat terhadap Islam setelah tragedi 11 September diakui Pula oleh Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relation (CAIR), Dr Nihad Awad. “Buku yang paling laris dijual saat itu adalah buku tentang Islam, termasuk Al Quran. Ini menarik sekali. Untuk pertama kalinya ribuan warga Amerika menginjakkan kaki di masjid. Mereka lebih tertarik untuk mengetahui Islam, namun sayangnya mereka banyak di kelilingi oleh opini media” kata Awad.
Imam Syamsi Ali dari Masjid Al Hikmah di Queens, New York, memiliki pengalaman unik. Pria kelahiran Indonesia ini adalah satu-satunya ulama Islam yang ditunjuk mewakili umat Islam dalam acara doa bersama yang digelar di stallion Yankee, New York, beberapa hari setelah tragedi terjadi. “Sejak serangan 11 September, kami jadi lebih banyak diundang oleh berbagai pihak untuk berbicara soal Islam. Namun dari sebelumnya pun, kami memang sudah sering diundang oleh lembaga-lembaga seperti Kepolisian New York untuk berceramah mengenai apa itu Islam — misalnya menjelang Ramadhan. Mereka ingin tahu mengenai Ramadhan dan apa saja yang bisa dilakukan atau tidak boleh dilakukan orang Islam di bulan tersebut,” papar master lulusan Pakistan, untuk bidang perbandingan agama.
Sementara Imam Yahya Hendi menyebutkan, salah satu hikmah di balik tragedi tersebut adalah banyaknya berita tentang Islam di sejumlah media, dalam empat bulan terakhir. “Jumlahnya bahkan jauh lebih banyak — bahkan jika dibandingkan sejak bangsa ini (AS) berdiri 200 tahun yang lalu,” tuturnya setengah bergurau. “Kini banyak orang Amerika yang ingin tahu lebih banyak mengenai Islam,” tuturnya sambil menyebutkan bahwa is pun kebanjiran permintaan untuk mengadakan diskusi mengenai Islam di sejumlah kelompok akademisi maupun agamawan lain.
Sang imam mengakui bahwa rendahnya pengetahuan
dan pendidikan menjadi salah satu masalah yang dihadapi masyarakat AS dan Barat pada umumnya. “Ini pandangan pribadi saya. Ekstrimisme itu memang ada dan kita perlu lebih mendidik umat Islam (untuk menghindari ekstrimisme),” katanya. Imam Yahya melanjutkan, “Saya yakin bahwa kita masih belum cukup mendidik orang Barat mengenai siapa kita dan apa identitas yang bukan milik kita. Salah satu contohnya, mereka tidak tahu bahwa jihad tidak selalu berarti perang.” Bagaimana pun, kata sang imam, kini umat Islam di Amerika mendapat kesempatan duduk di sejumlah lembaga. Di universitas tempatnya mengajar, misalnya, “ada 10 sampai 15 profesor Muslim yang menjadi pengajar.”
Namun, soal perang yang digelar AS untuk kampanye antiteroris, Imam Yahya memiliki pandangan lain. Menurutnya, perang bukanlah jalan satu-satunya. “Saya percaya perang bukanlah solusi yang baik karena hanya akan mengakibatkan reaksi dan kebencian,” tegasnya. Soal ada segelintir orang yang mengaitkan Islam dengan terorisme,Imam Yahya menukas, “Saya percaya bahwa terorisme tidak memiliki agama. Dan Agama tidak berhubungan dengan terorisme. Dunia internasional harus menemukan definisi mengenai terorisme.”
Fenomena menarik lainnya diungkap aktivis LSM asal Irak. Menurutnya, ada peningkatan jumlah orang yang memeluk agama Islam sejak 11 September 2001. “Sebelum 11 September, ada enam ribu orang yang masuk Islam setiap tahunnya. Setelah tragedi itu, kini jumlahnya meningkat jadi 20 ribuan clalam waktu beberapa bulan saja,” ujarnya. Sebagian besar yang tertarik menjadi Muslim adalah warga kulit hitam asal Afrika, menyusul keturunan Spanyol, dan warga kulit putih. Sayangnya, sang aktivis yang tak ingin disebut jati dirinya ini tidak memiliki data tertulis mengenai hal tersebut.
Pepatah Inggris berkata, Every cloud has a silver lining: setiap kejadian akan selalu berbuah hikmah. Mudah-mudahan, peristiwa 11 September ini dapat membawa hikmah, terutama bagi umat Islam. Imam Yahya pun berujar, “Kini kita semua harus berupaya membuat diri kita senyaman mungkin dengan nilai-nilai yang kita anut. Itulah jihad kita,”.(berita muslim-wordpress)

Senin, 29 Agustus 2011

Selamat idul fitri buat semuanya ya, semoga kita benar-benar kembali fitri. Amiiin


Mari kita kembali menjadi hamba-NYA yang bermanfaat untuk orang banyak.

Kamis, 16 Juni 2011

Gebyar Info: Wanita-Wanita Terkemuka: Asiyah, Ibu Angkat Nabi M...

Gebyar Info: Wanita-Wanita Terkemuka: Asiyah, Ibu Angkat Nabi M...: "Gambar: ilustrasi dari Republika.co.id Asiyah binti Muzahim merupakan salah satu diantara wanita-wanita pilihan yang pernah teruki..."

Wanita-Wanita Terkemuka: Asiyah, Ibu Angkat Nabi Musa

Gambar: ilustrasi dari Republika.co.id

Asiyah binti Muzahim merupakan salah satu diantara wanita-wanita pilihan yang pernah terukir dalam bingkai sejarah. Dia istri Fir’aun, seorang raja Mesir di zaman Nabi Musa.

Saat bersama Fir’aun, Asiyah tidak dikaruniai seorang anak pun. Fir’aun sangat mencintainya karena kecantikan dan kematangan akhlaknya. Telah berapa banyak cobaan dan tantangan yang harus dihadapinya dengan penuh kesabaran.

Bahkan berbagai kesulitan mampu dirubah menjadi kemudahan, sehingga Asiyah dikenal sebagai rahmat, bagi masyarakat di zaman Fir’aun yang penuh dengan kelicikan dan kelaliman.

Pada masa yang seperti itulah muncul peristiwa yang akan menentukan sejarah hidup Nabi Musa selanjutnya. Disebutkan dalam sejarah kenabian, ketika Asiyah duduk-duduk di taman yang indah nan luas, dihiasi dengan aliran sungai mempesona. Dia melihat sebuah peti mengambang.

Perlahan-lahan peti itu semakin mendekat sehingga Asiyah menyuruh para pembantunya untuk mengambil dan mengeluarkan isi peti tersebut. Ketika dibuka, ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi mungil, elok dan rupawan.

Maka muncullah perasaan kasih sayang dalam diri Asiyah. Allah mengaruniakan cinta dan kasih sayang terhadap bayi tersebut melalui Asiyah. Tak pelak lagi, Asiyah memerintahkan agar bayi itu dibawa ke istana dengan bertekad memelihara dan mengasuhnya.

Ketika mendengar berita tersebut, Fir’aun hendak membunuhnya, karena dia melihat mimpi yang selama ini menghantuinya tentang seorang anak yang kelak menghancurkannya. Para dukun dan ahli nujum dihadirkan dari seluruh pelosok negara. Mimpinya pun diceritakan kepada mereka, sehingga ia diperingatkan agar hati-hati dengan kelahiran seorang bayi yang akan menjadi penyebab kehancuran kerajaannya.

Akhirnya, semua bayi laki-laki Bani Israel yang lahir diperintahkan agar dibunuh, kecuali bayi yang diasuh Asiyah. Fir’aun pun luluh dengan bujukan Asiyah ketika ia berkata, “Kita tidak mempunyai keturunan anak laki-laki, maka jangan bunuh anak ini. Semoga ada manfaatnya untuk kita atau kita jadikan dia sebagai anak kandung kita.”

Fir’aun menyetujui dan menyarankan agar anak itu dididik sedemikian rupa. Asiyah memberi nama Musa terhadap anak tersebut dan mendidiknya hingga dewasa dalam istana Fir’aun. Dan kisah tentang ini tidak asing lagi bagi kita.

Kelak Asiyah merupakan salah seorang yang memercayai Musa. Ketika Fir’aun mengetahui hal tersebut, tiba-tiba rasa cintanya berubah menjadi kemarahan dan permusuhan. Asiyah tidak mengindahkannya karena dirinya tahu bahwa kebenaran bersamanya.

Dan dia pun tahu bahwa Musa AS adalah utusan Allah yang kebenarannya tidak dapat dihalangi oleh tantangan dan ancaman yang datangnya dari siapa saja. Hingga meninggal dunia, hari-hari akhirnya Asiyah hanya dipenuhi dengan dzikir kepada Allah seraya mengucapkan, "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya."

Allah telah mengabulkan doanya, bahkan dalam sebuah hadits Nabi SAW disebutkan bahwa Asiyah termasuk diantara wanita-wanita yang mulia. Beliau bersabda, “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah Khadijah, Fatimah, Maryam putri Imran dan Asiyah istri Fir’aun.” (republika.co.id-Kamis, 16 Juni 2011 22:35 WIB)
  
ilustrasi dari Republika.co.id

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pelajaran Perang Uhud
Pihak Muslimin sangat sibuk memerhatikan soal rampasan perang. Di tengah keaadaan yang demikian, tiba-tiba Khalid bin Walid berseru sekuat-kuatnya, dan  membalikkan anak buahnya ke belakang tentara Muslimin. Mereka yang tadinya sudah terpukul mundur kini kembali maju dan menyerang pasukan Muslimin dengan pukulan maut yang hebat. Bencana pun berbalik.

Barisan kaum Muslimin sudah centang-perenang, persatuan sudah pecah-belah,  pahlawan-pahlawan teladan telah dihantam oleh pihak Quraisy. Mereka yang tadinya   berjuang dengan perintah Allah hendak mempertahankan iman, sekarang berjuang hendak menyelamatkan diri sendiri dari cengkraman maut.

Pada saat kondisi sedemikian kacau, muncul rumor bahwa Rasulullah telah terbunuh. Begitu Quraisy mendengar Nabi Muhammad terbunuh, mereka terjun mengalir ke  jurusan tempat di mana tadi beliau berada. Masing-masing ingin supaya dialah yang membunuhnya atau ikut memegang peran di dalamnya.

Ketika itulah Muslimin yang dekat sekali dengan Nabi segera mengelilinginya,  menjaga dan melindunginya. Iman mereka tergugah kembali, keberanian mereka  makin bertambah bilamana mereka melihat batu yang dilemparkan Quraisy itu telah  mengenai diri Nabi.

Wajah Rasulullah terluka, gigi gerahamnya tanggal. Dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajah Rasulullah menembusi pipinya. Batu-batu yang menimpa Rasulullah itu dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqqash. Rasulullah dan para sahabat mundur dan mendaki Gunung Uhud, dengan demikian mereka dapat menyelamatkan diri dari kejaran musuh.

Ketika balatentara Islam sibuk mendaki Gunung Uhud, tiba-tiba Khalid bin Walid dengan pasukan berkudanya sudah berada di atas  bukit. Tetapi Umar bin Al-Khathab dan beberapa orang sahabat Rasul segera menyerang dan berhasil mengusir mereka.   Sementara itu, kaum Muslimin sudah makin tinggi mendaki gunung.

Namun keadaan mereka sudah begitu payah dan letih, sampai-sampai Nabi SAW melakukan shalat Zuhur sambil duduk—juga karena luka-luka yang dideritanya. Demikian juga kaum Muslimin yang lain, mereka shalat di belakang Rasulullah sambil duduk pula.

Sebaliknya pihak Quraisy, sangat girang dengan kemenangan ini. Mereka merasa telah membalas dendam kekelahan Perang Badar. Seperti kata Abu Sufyan, "Yang sekarang ini untuk peristiwa Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan!"

Tetapi istrinya, Hindun binti Utbah, tidak cukup puas hanya dengan kemenangan, dan  tidak cukup hanya dengan tewasnya Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia dan rombongannya menyiksa mayat-mayat Muslimin; mereka memotongi telinga dan hidung mayat kaum Muslimin. Hindun juga membedah perut Hamzah, mengeluarkan jantungnya, lalu mengunyahnya.

Selesai menguburkan mayat-mayatnya sendiri, Quraisy pun pergi. Kini kaum Muslimin kembali ke garis depan guna menguburkan mayat-mayat pasukan Islam. Kemudian Rasulullah mencari jenazah Hamzah, pamannya.

Ketika Rasulullah melihat kondisi jenazah pamannya, yang dianiaya dan dibedah perutnya, beliau sangat sedih. "Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti engkau ini. Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti  kejadian ini," ujarnya. 

Lalu katanya lagi, "Demi Allah, kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, niscaya akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab."

Namun Allah SWT menurunkan firman-Nya: "Dan kalau kamu mengadakan pembalasan, balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan." (QS An-Nahl: 126-127)

Rasulullah kemudian memaafkan mereka, ditabahkannya hatinya dan beliau melarang  orang-orang melakukan penganiayaan. Diselubunginya jenazah Hamzah dengan mantelnya lalu dishalatkannya.

Nabi SAW kemudian memerintahkan supaya korban-korban itu dikuburkan di tempat mereka menemui syahid, demikian pula dengan jenazah Hamzah. Setelah itu, kaum Muslimin berangkat pulang ke Madinah, dibawah pimpinan Rasulullah, dengan meninggalkan 70 orang syuhada.

Kepedihan terasa melecut hati mereka; karena kehancuran yang mereka alami setelah  mendapat kemenangan. Semua ini terjadi karena pasukan pemanah melanggar perintah Nabi. Sementara kaum Muslimin terlalu sibuk mengurusi rampasan perang dari pihak musuh. REPUBLIKA.CO.ID. Kamis, 16 Juni 2011 22:26 WIB
 

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Mempererat Kekerabatan Semenda

Penduduk  Madinah di luar kaum Muslimin menjadi kecut setelah Bani Qainuqa' dikeluarkan  dari kota  itu. Keadaan aman dan tenteram ini dirasakan orang selama sebulan, dan seharusnya akan  terus  demikian  selama beberapa bulan, andaikata Abu Sufyan yang sudah tidak tahan lagi tinggal lama-lama di Makkah, masih bersemangat dan ngotot berperang.

Oleh sebab itu, ia kemudian mengumpulkan 200 orang—ada yang mengatakan 40 orang—penduduk. Mereka pun berangkat ke Madinah. Menjelang pagi mereka  berangkat ke sebuah daerah bernama Uraidz. Di tempat ini mereka bertemu dengan  seorang Anshar dan temannya yang tengah bekerja di kebun. Kedua orang itu mereka bunuh dan dua buah rumah serta sebatang pohon kurma di Uraidz itu mereka bakar. Menurut Abu Sufyan, sumpahnya hendak memerangi Muhammad itu telah terpenuhi.  Sekarang ia kembali melarikan diri, takut dikejar Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya.

Rasulullah meminta beberapa orang sahabat, dan kemudian beliau pimpin sendiri, mengejar Abu Sufyan hingga di Qarqarat Al-Kudr. Abu Sufyan dan rombongannya makin kencang melarikan diri. Mereka makin ketakutan. Setelah melihat bahwa mereka terus melarikan diri, Rasulullah dan para sahabat kemudian kembali  ke  Madinah. Larinya Abu Sufyan itu berbalik merupakan pukulan terhadap dirinya sendiri, sebab sebelum itu ia, mengira Quraisy akan dapat mengangkat muka lagi setelah bencana yang mereka alami di Badar.

Mendengar bahwa ada beberapa golongan dari Ghatafan dan Bani Sulaim yang bermaksud hendak  menyerang  kaum  Muslimin, maka Rasulullah segera berangkat ke Qarqarat Al-Kudr guna memotong jalan mereka. Di tempat  ini beliau melihat  jejak-jejak binatang ternak, tapi tak seorang pun yang ada di padang itu. Disuruhnya beberapa orang sahabatnya  naik ke  atas  wadi  dan  beliau menunggu di bawah.

Oleh kaum Muslimin, ternak yang ada di tempat itu dikumpulkan dan dibagi-bagikan  antara sesama mereka sesudah seperlimanya diambil oleh Rasulullah, seperti yang ditentukan menurut nash Al-Qur'an. Konon barang rampasan itu sebanyak 500 ekor unta. Sesudah seperlima dipisahkan oleh Nabi, sisanya dibagikan. Setiap orang mendapat bagian dua ekor unta.

Rasulullah juga mendengar bahwa ada beberapa golongan dari Bani Tsa'labah dan Bani Muharib di Dzu Amar yang telah berkumpul. Mereka bersiap-siap akan melakukan serangan. Nabi SAW segera berangkat dengan 450 orang Muslimin. Begitu mendengar bahwa Rasulullah telah berada dekat mereka, orang-orang itu pun cepat-cepat melarikan diri ke gunung-gunung.

Demikian pula dengan Bani  Sulaim di Bahran, begitu sudah siap-siap akan menyerang, namun ketika diladeni oleh sekitar 300 orang Muslimin, mereka pun kabur lintang-pukang. Orang-orang Arab Badwi juga demikian, mereka serba  ketakutan kepada Nabi SAW dan umat Islam. Terpikir oleh mereka hendak menyerang Rasulullah, namun ketika hendak bertempur, mereka sudah kecut ketakutan.

Apa yang harus dilakukan Quraisy dengan perdagangannya setelah Rasulullah menguasai Qarqarat Al-Kudr yang menjadi jalur utama kafilah mereka? Hidupnya Makkah dari perdagangan. Apabila  jalan  ke arah  itu tidak  ada,  maka ini merupakan  bahaya besar. Kini Rasulullah akan memlokade jalan itu.

Dengan siasatnya yang sehat serta pandangannya yang  jauh,  hal semacam itu takkan diabaikan oleh Rasulullah. Beliau kemudian harus menambah kecintaan kaum Muslimin kepadanya, dan mempererat pertalian. Kendatipun Islam telah memberikan kebulatan tekad  kepada  mereka  dan  membuat  mereka  seperti sebuah  bangunan yang kokoh, satu sama lain saling memperkuat, namun kebijaksanaan pimpinan mereka akan lebih menguatkan lagi kerjasama dan tekad mereka.

Justru karena kebijaksanaan pimpinan inilah hubungan Nabi Muhammad dengan mereka semakin erat. Untuk mempererat hubungan, beliau melangsungkan pernikahan dengan Hafsah, putri Umar bin Al-Khathab—seperti juga sebelum itu dengan Aisyah,  puteri Abu  Bakar. Sebelumnya Hafsah adalah istri Khunais–termasuk orang yang mula-mula masuk Islam—yang meninggal tujuh bulan sebelum pernikahannya dengan Rasulullah.

Pernikahan Rasulullah dengan Hafsah kian menambah kecintaan Umar bin Al-Khathab kepada beliau. Juga Fatimah, putri beliau, dinikahkan dengan sepupunya,  Ali  bin Abi  Thalib. Oleh karena Ruqayyah, putri Rasulullah yang lain, telah  berpulang  ke rahmatullah, maka sesudah itu Usman bin Affan dinikahkan dengan putrinya yang seorang lagi, Ummu Kultsum.

Dengan demikian, kedudukan Rasulullah diperkuat lagi oleh pertalian keluarga semenda dengan Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Ini merupakan gabungan empat  orang kuat dalam Islam yang sekarang mendampingi beliau, bahkan yang terkuat. Dengan ini kekuatan dalam tubuh kaum Muslimin makin mendapat jaminan lagi.

Di  samping itu rampasan perang yang mereka peroleh dalam peperangan kian menambah pula keberanian mereka bertempur, yang juga merupakan gabungan  antara perjuangan di jalan Allah dan mendapat rampasan perang dari orang-orang musyrik.

Pada saat yang sama, pihak Quraisy juga telah mengadakan persiapan heendak menuntut balas, dan membuka kembali jalan perdagangannya ke Syam, yang telah diblokade kaum Muslimin.  REPUBLIKA.CO.ID, Minggu, 29 Mei 2011 20:38 WIB

Gebyar Info: Wali Songo

Gebyar Info: Wali Songo: "Maulana Malik Ibrahim , juga dikenal sebagai Syekh Maghribi , umumnya dianggap father'of yang ' para Wali Songo . Sedikit yang..."

Minggu, 12 Juni 2011

Gebyar Info: Wali Songo

Gebyar Info: Wali Songo: "Maulana Malik Ibrahim , juga dikenal sebagai Syekh Maghribi , umumnya dianggap father'of yang ' para Wali Songo . Sedikit yang..."